Sabtu, 20 Maret 2010

Saya Disangka Bupati Tasik


SELAMA menjalani profesi kewartawanan, ternyata banyak pengalaman yang ‘unik’ berkesan dialami oleh H.Eddy Padmadisastra, karena ulah rekan-rekannya yang suka ‘heureuy’ bercanda. Tak terkecuali pada saat menjalankan tugas peliputan berita. Ini mungkin intermezo (hiburan segar) disela-sela menjalankan tugas bersama. Pengalaman berkesan itu tak mungkin terlupakan dalam catatan hidupnya.

Pada tahun 1981-an, menurut Eddy Padma, bahwa di antara 278 desa yang ada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya ternyata masih banyak yang termasuk kategori ‘desa terisolir’ terpencil. Betapa tidak! Karena lokasinya memang jauh dari pusat keramaian ibukota Kabupaten Tasikmalaya dengan kondisi jalan yang belum tersentuh aspal seperti sekarang. Karena itu tak mengherankan, pejabat dari Pemda kabupaten dan bahkan pejabat di tingkat kecamatan, jarang ada yang mau berkunjung. Bahkan tak mengherankan pula, jika penduduk di desa-desa terpencil itu tidak kenal siapa Bupati Tasikmalaya, juga camat setempat.

Singkat cerita, wartawan yang bertugas meliput berita di Kabupaten Tasikmalaya khususnya anggota PWI menggelar acara Karya Wisata Wartawan ke desa-desa terpencil yang berada di wilayah Kecamatan Cigalontang paling ujung barat. Beberapa desa di kecamatan ini, letaknya lebih mudah ditempuh melalui Kabupaten Garut daripada dari Kecamatan Cigalontang.

Karena itu, rekan-rekan wartawan melakukan peninjauan ke desa-desa terpencil di Kecamatan Cigalontang melalui jalan setepat dari Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut. Rombongan wartawan harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki melalui jalan yang terjal dan mendaki bebukitan. Betapa melelahkan.

Adapun digelarnya kegiatan Karya Wisata Wartawan Tasikmalaya ke desa-desa terpencil itu tiada lain dalam rangka usaha Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya melancarkan program “Koran Masuk Desa dan Desa Masuk Koran”. Artinya, penduduk pedesaan bisa memperoleh segala informasi melalui Koran yang masuk ke desa, dan kehidupan masyarakat desa itu sendiri akan termuat di koran setelah wartawannya melakukan peliputan melalui karya wisata wartawan.

Sejak dari Kecamatan Wanaraja, rombongan Karya Wisata Wartawan Tasikmalaya harus menempuh perjalanan jauh yang melelahkan, bergerak melalui jalan setapak. Karena berjalanan kaki yang teramat jauh dan tersengat sinar matahari, tentu saja seluruh wartawan bermandi keringat dan mereka tampak kelelahan sekali. Ada banyak rekan wartawan yang tertinggal jauh dan beberapa kali harus beristirahat untuk melepaskan rasa lelah.

Pada perjalanan karya wisata tersebut, Eddy Padma berjalan paling depan, karena ia memang sudah terbiasa melakukan olahraga terutama jogging. Jadi, ketika harus melakukan perjalanan jauh seperti itu, ia tidak terlalu merasa kelelahan. Itulah pentingnya berolahraga.

Setelah melakukan perjalanan yang teramat jauh, akhirnya rombongan wartawan PWI Tasikmalaya tiba juga di sebuah desa terpencil, dimana kehidupan penduduknya benar-benar masih jauh tertinggal dan sikapnya polos.

Nah, tiba-tiba ada seorang wanita setengah umur lari tergopoh-gopoh dari belakang Eddy Padma sambil berteriak; “Pa Bupati….antosan!” (Pak Bupati…tunggu!)

Eddy awalnya teu malire pada teriakan wanita itu. Karena yang dipanggilnya juga Bupati Tasik, bukan dirinya. Namun ia kaget, karena wanita itu justru duduk bersimpuh di hadapan wartawan Sinar Harapan sambil berkata memelas, “Aduh…abdi teh nembe ayeuna tepang sareng Bapa


Bupati.”katanya (Aduh…saya baru sekarang bertemu dengan Bapak Bupati).

Tanpa pikir panjang lagi, Eddy Padma segera mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan wanita ‘lugu’. Sementara dalam hatinya berkata, hmm…kasihan sekali masih ada penduduk desa yang belum tahu wajah bupatinya sendiri. (Apa mungkin penduduk desa sekarang ada yang tidak tahu wajah bupati atau walikotanya sendiri…?)

Kejadian itu menimbulkan gelak tawa rekan-rekan wartawan yang menyaksikannya. Karena penasaran, selidik punya selidik, ternyata ada seorang rekan wartawan yang usil bin iseng, yakni membisikkan kepada wanita itu bahwa Eddy Padma adalah Bupati Tasikmalaya sambil menunjukkan kepadanya yang berjalan paling depan.

“Tapi, saya senang juga dihormati seperti seorang pembesar, Bupati Tasikmalaya….”kenang Eddy Padma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar