Senin, 08 Maret 2010

BERITA BENCANA ALAM JADI PUSAT PERHATIAN






SETIAP ada bencana alam yang terjadi di wilayah Priangan Timur, khususnya Tasikmalaya, tentunya menjadi pusat perhatian bagi Eddy Padmadisastra. Karena itu, dia akan memberitakannya bencana alam secara gencar, sehingga beritanya akan muncul setiap hari.
Selain peristiwa meletusnya Gunung Galunggung pada 5 April 1982, juga bencana alam lain yang terjadi di Tasikmalaya, misalnya bencana longsor di Taraju dan Bojonggambir pada tahun 1994, juga bencana tsunami di Pantai
Cipatujah tahun 2006 lalu menjadi pusat perhatiannya. Begitu pun ketika ia bergabung dengan surat kabar H.U. Suara Pembaruan, tempat kerjanya yang baru, setelah surat kabar Sinar Harapan dibredel pemerintah.
Dengan gencarnya pemberitaan mengenai bencana alam, menurut Eddy Padma, selain menjadi pusat perhatian pemerintah maupun masyarakat di seluruh tanah air hingga luar negeri. Juga mendapat perhatian dari kantornya tempat ia bekerja.
Dia mencontohkan bencana alam yang terjadi di Taraju dan Bojonggambir Kab.Tasikmalaya bagian selatan pada tahun 1992. Dengan gencarnya pemberitaan, maka Suara Pembaruan membuka “Dompet Bencana Alam Tasikmalaya” yang mengumpulkan sumbangan dari pembaca dari pelosok tanah air, hingga terkumpul bantuan uang sebesar Rp.126.456.400. Sumbangan dari para pembaca itu diserahkan langsung oleh Pemimpin Redaksi “Suara Pembaruan” Dr.Sutarno kepada Bupati Tasikmalaya H.Adang Roosman SH di Pendopo pada tanggal 29 Desember 1992.
Sumbangan pembaca “Suara Pembaruan” sebesar itu dipakai untuk keperluan membangun 1 unit gedung Sekolah Dasar (6 ruang kelas dan 1 orang guru) di Desa Bojonggambir Kecamatan Bojonggambir, kemudian membangun sarana air bersih/air minum di Desa Mekarbaru Kecamatan Cibalong, selanjutnya membangun 2 buah jembatan gantung di Cijaluh Desa Cintabodas Kecamatan Bantarkalong serta jembatan Leuwidulang di Desa Leuwidulang Kecamatan Sodonghilir, juga membangun dua buah madrasah.
Sumbangan pembaca Suara Pembaruan untuk para korban antara lain 75 orang meninggal dunia, 13 orang yang mengalami luka berat dan 2 orang korban yang mengalami luka ringan.
Begitupun ketika terjadi bencana alam tsunami yang melanda pantai selatan termasuk menimpa penduduk nelayan di Pantai Cipatujah pada 17 Juli 2006,
meski H.Eddy Padma sudah ‘pensiun’ sebagai koresponden HU Suara Pembaruan, tapi ia tetap masih aktif mengirimkan berita. Bencana alam tsunami yang terjadi di Cipatujah dan kawasan pantai selatan lainnya itu pada masa kepemimpinan Bupati Tasikmalaya Drs.H.Tatang Farhanul Hakim M.Pd.
Karena nalurinya sebagai wartawan, maka Eddy Padma pun segera mengirimkan berita bencana alam tsunami yang terjadi di kawasan Pantai Selatan Kabupaten Tasikmalaya ke Suara Pembaruan. Dalam laporannya menyebutkan, bahwa pasca tsunami tercatat sekitar 70 rumah masyarakat di Jepara 1,2,3 Desa Ciandum Kecamatan Cipatujah hancur, beberapa diantaranya hancur rata dengan tanah. Sementara data terakhir untuk korban di Pantai Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya tercatat sebanyak 56 orang meninggal dunia. Sedangkan warga yang belum diketahui keberadaannya, sepuluh orang. Suasana di kampung-kampung yang berada di pinggiran pantai yang terkena musibah bencana alam tsunami tampak sangat sepi dan gelap gulita akibat aliran listrik padam diterjang gelombang pasang yang cukup tinggi dan ganas. Suasana di Cipatujah juga mencekam, karena terjadi gelombang pasang yang tinggi, sehingga terjadi kekhawatiran terjadi lagi tsunami. .
Seorang tokoh masyarakat di Cipatujah, menurut Eddy Padmadisastra menyebutkan, puluhan rumah panggung milik nelayan di sepanjang Pantai Cipatujah hancur berantakan. Sedangkan daerah yang diketahui paling parah adalah Desa Pasanggrakan, desa Cipatujah di Kecamatan Cipatujah .
Dengan adanya laporan berita yang dikirimkannya, maka HU Suara Pembaruan pun mengirimkan bantuan dana dari sumbangan para pembaca.Dana yang terkumpul dibelikan sejumlah barang yang saat ini sangat dibutuhkan para korban berupa beras, perlengkapan mandi, perlengkapan memasak, sarung, sandal, air mineral, makanan kaleng

pakaian dalam, susu dan makanan bayi, obat-obatan, biskuit, tikar, terpal dan perlengkapan sekolah.
Dalam pengelolaan sumbangan dari pembaca Suara Pembaruan tersebut dipercayakan kepada H.Eddy Padma, mulai dari bantuan berupa sembako sebanyak 3 kendaraan tronton langsung diserahkan kepada korban bencana,sampai bantuan sarana fisik seperti pembuatan MCK mesjid maupun memberikan meubelir untuk Madrasah Ibtidaiyyah (MI) di Desa Kalapagenep Kec.Cikalong. Juga beberapa desa lainnya di Kabupaten Tasikmalaya yang terkena musibah bencana alam tsunami.
Pak Haji menjelaskan, salah satu masalah pada musibah tsunami di kawasan pantai laut selatan ini adalah pendistribusian bantuan yang tidak merata. “Selama ini pemberian bantuan terpusat ke lokasi Pangandaran, sehingga ada daerah-daerah yang luput dari perhatian, termasuk di wilayah Kabupaten Tasikmalaya seperti Cipatujah dan Cikalong yang kondisinya sama-sama parah. Selain itu, bantuan pun rata-rata difokuskan pada bantuan materil. Padahal, para pengungsi pun memerlukan bimbingan spiritual, bagaimana menghilangkan trauma yang mereka alami dan menggugah mereka untuk kembali hidup normal, bersekolah dan bekerja kembali,”ungkapnya.

Usai menyerahkan bantuan dari pembaca setia Suara Pembaruan, H.Eddy Padmadisastra sempat ‘berdialog’ melakukan wawancara dengan para pengungsi dan menyaksikan anak-anak di tenda pengungsian. Suami tercinta Hj.E.Komariah ini mengaku terharu, ketika para pengungsi menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-sebesar atas bantuan yang telah diberikan pembaca Suara Pembaruan. “Bantuan ini tak terkira bermanfaatnya dan berharganya bagi kami yang sedang dalam musibah. Semoga segala amal baik Bapak, Ibu semua mendapat balasan dari Allah SWT.”kata seorang tokoh masyarakat di Desa Kalapagenep seperti dikutif Eddy Padma kepada penulis.@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar