Sabtu, 20 Maret 2010

Lupa Keluarga Saat Peristiwa Dahana




DALAM dalam menjalani profesi sebagai wartawan terutama di era orde baru, menurut H.Eddy Padmadisastra, ternyata banyak suka dan dukanya. Bahkan sering lupa keluarga, maksudnya meninggalkan keluarga di rumah, demi tuntutan tugas dalam peliputan berita. Karena wartawan itu harus cekatan dalam menjalankan tugas setelah menerima informasi kejadian dan juga tidak mengenal batas waktu kerja. Kadangkala, wartawan harus meliput berita atau melakukan investigasi ke suatu daerah terpencil yang membutuhkan waktu lama, hingga kadang harus bermalam.
Hal ini dialami wartawan senior Eddy Padma yang ditugaskan surat kabar Harian Sinar Harapan di Tasikmalaya. Pada awal bulan Maret 1976 misalnya, ada peristiwa yang menghebohkan warga pada senja hari, yakni ledakan dahsyat terdengar di bagian timur pusat kota Tasikmalaya dan tidak jauh dari rumahnya di Jl.Ahmad Yani Gg.Sinar Harapan Pancasila.
Pada saat itu, koresponden “Sinar Harapan” Eddy Padma tengah bersantai dengan keluarganya di rumah, tiba-tiba mendengar ledakan dahsyat dan ia segera keluar rumah. Bahkan ledakan itu menimbulkan getaran keras dan menggoncangkan bumi. Sebelah timur rumahnya itu terlihat pucuk api yang menjulang tinggi. Apalagi mendengar jeritan manusia yang menyayat hati. Apa gerangan yang terjadi di sana?
Naluri sebagai wartawan pun bekerja. Ia segera keluar rumah untuk mencari informasi; “Pabrik Roket dan Bahan Peledak Dahana Tasikmalaya Meledak”. Itulah informasi yang pertama diperolehnya. Ini berita besar, pikirnya.
Tanpa pikir panjang lagi, Eddy Padma pun segera meluncur ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Jl.Cibeureum, dimana pabrik roket dan bahan peledak Dahana itu berada. Dalam keadaan gelap gulita, karena aliran listrik tiba-tiba padam, maka dengan cekatan ia menerobos di antara massa yang berbondong-bondong di sepanjang jalan menuju lokasi ledakan dahsyat itu.
Pada saat itu, ia tidak bisa membedakan mana penduduk yang mengungsi untuk menghindari bahaya ledakan, dan mana penduduk yang justru sengaja ingin melihat musibah tersebut.Kemudian informasi segera dihimpun dari sana-sini dan data dikumpulkan.
Namun beberapa saat kemudian, kesadaran Eddy Padmadisastra muncul, karena di rumah ada keluarga. Pada saat itu, ia benar-benar lupa kepada keluarganya sendiri, meninggalkan keluarga dalam keadaan masyarakat yang ‘tagiwur’ panik. Walau bagaimana pun, ia panik juga karena lupa telah meninggalkan keluarga di rumah. Bagaimana nasib keluarga dan kemana mereka pergi? Mengapa ia harus meninggalkan keluarga? Namun, tugas adalah tugas! Eddy memutuskan, untuk tetap meluncur ke lokasi musibah dan mencatat segala sesuatunya secara lengkap untuk bahan berita.
Setelah merasa cukup memperoleh informasi untuk bahan berita, ia bergegas kembali ke rumah untuk menemui keluarga yang ditinggalkannya.”Alhamdulillah. Dengan perasaan lega, ternyata seluruh keluarga saya dalam keadaan sehat dan selamat,”kenangnya.
Bahan berita dan data yang diperoleh itu segera diolah menjadi berita yang dikemas sedemikian rupa. Kemudian mengangkat telepon; “Hallo…Redaksi Sinar Harapan,pabrik roket dan bahan peledak Dahana Tasikmalaya meledak. Korban jiwa tercatat sekian orang. Pengungsi berbondong-bondong ke lokasi yang dinilai aman…..” dan masih banyak yang dilaporkannya. Sambil menghelas nafas panjang, Eddy Padma pun mengakhiri laporannya via telepon. (Dicuplik dan diolah dari buku “AWAL PERJUANGAN (Dalam Fakta & Peristiwa) yang diterbitkan Sinar Harapan)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar