Senin, 08 Maret 2010

Kalau Menulis Berita Jangan dari Satu Sumber


Kiat H.Eddy Padmadisasta

Kalau Menulis Berita Jangan dari Satu Sumber


WARTAWAN atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/ dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya; dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.

Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, menurut H.Eddy Padmadisastra, seorang jurnalis sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang sifatnya lugas, prinsip 5W + 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu tidak selalu pas.

Feature, lanjut wartawan senior di Priangan Timur ini, adalah berita yang dikemas dan disajikan secara mendalam tapi santai. Sehingga, seberat apapun informasi yang disampaikan bisa dicerna dengan mudah oleh pembaca. Jenis berita ini lebih tahan lama dan kapanpun membacanya tidak akan terasa basi.

Dia memandang bahwa tulisan-tulisan feature sangatlah diperlukan di halaman media cetak. Tidak hanya majalah yang diterbitkan mingguan, koran harian pun saat ini menjadikan feature sebagai bagian dari jualan utama. Bahkan Kompas menjadikan feature sebagai catatan kaki yang wajib disajikan setiap hari. “Tulisan feature itu tidak akan basi. Meskipun kejadiannya sudah berpuluh-puluh tahun lalu, tapi akan tetap enak dinikmati sekarang dan akan datang. Karena, cara penulisan feature itu memang berbeda dari berita-berita biasa,”katanya.

Menurutnya, kalau berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial, maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.

Penulisan feature memerlukan penyajian data dan fakta serta pengamatan yang jauh lebih detail, tapi tidak bertele-tele. Seorang wartawan yang ingin menulis feature, tidaklah mengandalkan satu atau dua nara sumber, tapi sebanyak-banyaknya sumber yang berhubungan dan relevan dengan isu yang diangkat, ditambah pengamatan lapangan yang detail.

Prinsip-prinsip dasar jurnalistik yang mengharuskan wartawan mengumpulkan banyak informasi agar berimbang dan berita menjadi bermutu, memang sudah banyak terlupakan atau tidak dilakukan. Padahal, menyajikan berita yang bermutu menjadi keharusan jika media yang diterbitkan ingin tetap dibaca masyarakat.

Feature berbeda dengan berita biasa. Karena di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.

Dalam kaitannya dengan cara penulisan feature ini, H.Eddy Padmadisastra ternyata tidak pelit dalam memberikan ilmunya, terutama bagi para wartawan yuniornya.Untuk menulis feature, menurut pria yang ramah ini, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan antara lain:

* Pertama, feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi. Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal ditabrak mobil mewah dimana ternyata dia meninggalkan keluarga dengan anak lima, misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya. Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Dalam hal ini misalnya, canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang tidak bisa ditemui lagi esok harinya. Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya, membuat feature itu akan menarik.

* Kedua, yakni sajikan fakta-fakta yang kuat. Anda tidak hanya harus membuat feature dengan menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas

bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan kaum papa di jalan. Berapakorban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Angka-angka akan memperkuat bobot feature.

* Ketiga, yakni selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna. Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan. Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan meningkatkan kualitas feature.

* Keempat, adalah selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir. Dengan menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca tuntas.

“Satu kelemahan banyak wartawan sekarang adalah menulis berita hanya berdasarkan satu sumber. Padahal selain wawancara, yang paling penting itu terjun ke lapangan, melihat bagaimana kondisi riil masalah yang akan ditulis,” tegas H.Eddy Padmadisastra yang gemar menulis feature di surat kabarnya.**


Tidak ada komentar:

Posting Komentar